Reddress Girl

Reddress Girl

Wednesday 2 January 2013

Pulosari dan Sebait Cerita

"Tidak ada gunung manapun di dunia untuk ditaklukan
Tidak ada rimba manapun di pelosok bumi untuk dikalahkan
Semua itu Maha Karya Tuhan, untuk dinikmati keindahannya
dijaga kelestariannya, dan digunakan sebagaimana mestinya"

Begitupun gunung tidak dapatlah dinilai dengan berapa ribu meter di atas permukaan lautnya. Mungkin anda sudah sangat puas dengan gelaran 'pendaki gunung tiga ribuan mdpl' atau 'limaribuan mdpl'. Tetapi tetaplah itu semua hanya angka. Darimana titik berpijaknya kadang sebagian orang tidak peduli. Mahameru adalah puncak tertinggi Jawa, dengan sebutan puncak abadi para dewa. Sehingga jika belum mendaki gunung tersebut maka belumlah dapat berbangga. Apabila sedang wawancara kerja, kemudian terungkap bahwa anda seorang pendaki gunung, pertanyaan yang umum ditanyakan adalah 'sudahkan anda mendaki Mahameru?' entah dalam bentuk pertanyaan lelucon atau pertanyaan serius. Seolah gunung tersebut menjadi tolak ukur bagi siapapun yang mencintai olahraga mendaki gunung, baik pecinta alam atau sekedar pecinta hiking.

sebuah pelajaran berharga yang aku dapat justru dari alam yang baru saja aku kenal. sebuah gunung yang dari namanya saja tidak banyak orang yang tahu, bahkan pecinta alam kawakan sekalipun belum tentu mengenal gunung itu. wajar, dari ketinggian yang disebutkan padaku ketika pertama kali akan mendaki adalah ketinggian yang mungkin sangat bisa untuk diremehkan. seribu tiga ratus meter di atas permukaan laut. seribuan dan berada di pulau Jawa, tepatnya Pandeglang, Banten. hanya seribu itulah yang menjadikan gunung ini tidak se seksi gunung tetangganya yang dua ribuan atau bahkan tiga ribuan (seolah sedang membicarakan harga es teh manis).

Ketika Lutut Bertemu dengan Kening

Medan terjal sangat akrab menemani perjalanan menuju puncak Gunung Pulosari. terjal menanjak tanpa bonus (red: jalanan datar). berbatu, dan sangat miskin akan jalanan bertanah. batu dan tanjakan, kombinasi tersebut mampu membuat kaki manapun nyeri di tambah beban berat dipunggung, bagi yang tak biasa mungkin akan meminta break beberapa kali. saking terjalnya hingga ada satu bagian ketika lutut pun dapat bertemu dengan kening demi melanjutkan perjalanan.

cuaca akhir tahun memang tidak pernah bersahabat, setidaknya untuk Pulau Jawa. hujan deras disertai angin kencang turut serta mewarnai perjalanan yang sebenarnya tidak panjang. hanya membutuhkan 1,5 jam untuk mencapai pos pertama dengan perhitungan perjalanan pendaki amatir dan beban berat, dan 1,5 jam berikutnya untuk mendapati camping ground. pos pertama adalah curug, dan camping ground adalah kawah gunung.
memang, rasa lelah itu akan terbayar dengan eloknya panorama alam yang tersaji, tetapi jika dilakukan pada musim penghujan seperti akhir tahun, maka yang didapati adalah angin kencang di curug dengan aliran air yang dinginnya dapat membuat jari membeku keram, dan kabut tebal di kawah sehingga puncak gunung yang hanya beberapa ratus meter pun tak kelihatan. dari kawah hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk mencapai puncak, akan tetapi ketika cuaca sedang rawan badai dan kabut tebal sedang betah disana, jangan coba-coba kecuali anda adalah pendaki dan petualang super berpengalaman.

bermain air di air terjun, bergaya di kawah yang hangat, memang menjadi harga mati tak terbayar dengan rupiah atau dollar sekalipun. itulah daya tarik sehingga ketika kami sampai di kawah, tempat untuk mendirikan tenda sudah nyaris penuh. hanya ada tiga tempat tersisa, satu tempat yang lebih rendah dari tenda manapun dan dalam cuaca seperti itu makan tempat itu akan mudah sekali menjadi penampungan air banjir, dua tempat berbatu yang apabila kita mendirikan tenda di atasnya maka resikonya punggung mu akan seperti sedang di terapi di atas papan paku, ketiga adalah bekas perapian dan tidak terlalu luas.
awalnya kami memilih untuk mendirikan tenda di atas tempat berbatu tersebut. beberapa mapala baik hati yang telah lebih dulu sampai ikut membantu hingga tenda tersebut berdiri sempurna. namun salah satu dari mereka entah iba yang melihat kami akan tidur dan duduk diatas batu tajam menyarankan untuk pindah ke tempat bekas perapian. dibantulah lagi kami menggotong rumah yang sudah jadi tersebut ke tempat yang agak layak.

ramai dan penuh kondisi kawah pada saat itu bukan sesuatu yang mengherankan. satu malam setelah malam itu adalah malam tahun baru, wajar jika orang berdatangan dari penjuru daerah untuk menikmati tahun baru bersama pulosari. sebagian besar merupakan pecinta alam yang berasal dari jakarta. sebagian lainnya dari serang yang didominasi oleh bocah berseragam SMA dan SMP. entah apa yang mereka cari karena setelah mereka pulang sampah bertebaran di areal camp mereka. berbeda dengan mahasiswa pecinta alam yang menyusul turun, membawa kantong-kantong plastik yang digantungkan di bagian belakang ransel mereka, bundaran plastik dan bersihnya areal camp membuat menyimpulkan bahwa mereka menyadari 'sampahnya' dengan sangat baik.

keindahan ini langka, dan hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang berani lelah, berani kedinginan, berani tidur di tempat yang sangat tidak empuk. indah karena persahabatan itu terjalin begitu saja. setelah membantu mendirikan dan menggotong tenda, ada yang kemudian datang membawakan gorengan panas buatan sendiri, yang kemudian akan kami balas dengan cemilan sederhana yang kami bawa. beberapa datang mengobrol sekedar berkenalan, aku sediakan beberapa gelas kopi yang kami bawa, yang kemudian gelas tersebut dibawa pulang ke tendanya. dan ketika dikembalikan pada tenda kami, ada yang berisi minuman berbeda, ada yang berisi biskuit cemilan lezat. ketika waktu makan tiba, sepiring sarden berisi dua potong kecil ikan tersaji dengan senyum dari yang mengantarkan. kami balas dengan cah buncis jagung manis plus udang saus tiram yang aku buat dengan penuh kebingungan. betapa ramah dan semua itu terjalin sangat ... cepat.

ketika waktu berpisah hampir tiba, akan ada yang meminta untuk berfoto bersama. bahkan hingga saat itupun, identitas organisasi satu sama lain tidak diketahui, sengaja di rahasiakan. aku tidak tahu dua bocah dari tanah abang itu mapala atau bukan. atau si jenggot dari depok yang minimal dua tahun sekali mengunjungi pulosari ini berasal dari universitas mana. yang aku tahu, mereka adalah orang-orang yang paham betul arti kebersamaan saat berada di lapangan, ketika bahan makanan yang dibawa seminim mungkin untuk menghindari beratnya beban selama di jalan.
Dies Natalis PSB 2013