Reddress Girl

Reddress Girl

Tuesday 15 February 2011

"masih banyak hutan di nusantara ini yang menunggu untuk di jelajahi kegagahannya" jejak petualang,2010

dingin ini mengingatkan pada banyak kejadian. masa-masa penuh perjuangan dan kesakitan. pengalaman dan kesenangan. kepuasan dan kebanggaan di akhir.
jejak lumpur yang dalam, perut lapar dan kering,
menenggak air sungai yang mengalir jernih,
menikmati karya Tuhan yang asli
dedaunan yang langsung dari pohon terus ke perut. semua hal itu berlalu lalang dalam lalu lintas memori. dingin yang mengingatkan semua itu.
ketika tidur dalam balutan baju basah berlumur lumpur, dan kawan yang saling menggenggam tangan, menghangatkan.

ketika menghadap Tuhan diantara bebatuan lebar, di tengah riak kecil jernih air sungai gunung nan jernih. damai. namun juga tertekan. tidakkah kau berpikir indah rasa itu ketika tertekan dan bahagia menjadi satu. ketika jumpai pemandangan menakjubkan sekaligus mengerikan dengan berbagai bentakan.
tayangan sore tadi pun turut mendukung memori ini beraksi. berputar, lembar demi lembar terbuka. bukankah indah semua itu kawan? kita dapat merasakan sebagian kecil dari yang sudah mereka rasakan. sebagian kecil dari yang sudah Tuhan ciptakan.

mungkin bisa saja aku bercerita, haduh melelahkan sekali perjalanannya. isinya hutan semua, pohon dan HIJAU. kemudian berlumpur becek dan bau. menelan cacing berbalut tanah. jijik kamu mendengarnya kawan? mungkin kamu akan berpikir, tanah dan isinya mengandung bakteri mematikan. benar lah itu. memang benar, tapi aku melakukannya dan aku bangga karenanya, karena mereka memberi tahu ku bahwa disana pun terkandung banyak protein itu, entah lah aku hanya bisa mempercayai mereka. apa lagi yang bisa ku perbuat selain percaya? bukankah kalian selalu mengataiku bodoh dan tak tahu apa-apa?

aku memperhatikan. dalam diam dan riangku aku banyak renungkan atas sikapku selama ini atas kebaikan kalian selama ini.. banyak yang tersimpan di otak ini. namun tak bisa aku keluarkan karena jika ku keluarkan, tumpahlah semua isi otakku dan apapun yang ingin ku simpan sendiri.

hey, semua pengalaman ini tentu baru bagiku, bagi kalian. skali lagi aku ingin berbagi. panjat tebing, ya aku baru tahu bahwa ornamen alam seperti itu bisa dimanfaatkan untuk olahraga, memanjat dan terus memanjat. memanjat dan trus untuk turun lagi. teringat sbuah pernyataan dari seorang sahabat lama tentang pembangunan Indonesia "untuk apa dibangun kalau toh nanti runtuh lagi". ya bisa jadi pertanyaan itu tepat untuk aksi panjat memanjat ini "untuk apa memanjat kalau toh turun lagi" yah.. proses mendewasakan kita.
berteriak di tengah jeram, aliran deras air yang terpantul dari bebatuan pun menjadi mainan. arung jeram namanya. dengan beberapa pembekalan dan sedikit keberanian, ini seperti merasakan wahana di dunia fantasi. versi ku tentunya.
menjelajah goa. dan untuk keluar lagi. hanya untuk mengetahui bahwa ada keindahan di dalam kegelapan itu. bahwa Tuhan itu seniman hebat, serta teliti. bahkan didalam perut bumi pun di buatnya indah. sehingga susah payah menembus kegelapan itu ada harganya.

well, my point is..
sudut pandang tiap orang berbeda, kita bisa saja menjudge satu grup band adalah alay band or else. tapi bisa saja tidak begitu bagi sebagian warga negara lain. dan ketika kita publish, wajarlah jika ada yang memprotes. perdebatan ideologi bukan tema yang bagus di setiap debate competition. karna hanya akan menjadi debat kusir. pengalaman yang saya dapat memang baru seujung kuku. tapi saya tahu sedikit banyak itu mendewasakan. dan sedikit merubah.

untuk stiap hutan, gunung, tebing, goa dan sungai.

"masih banyak hutan di nusantara ini yang menunggu untuk di jelajahi kegagahannya" jejak petualang,2010

If Only He Knew

he was the one who lead me, who take ma picture and safe it in his wallet. he was the one who know me very well, who left me and make me feel so empty till i get sick all along the day he's gone. he was the one who i loved so much, even till this time.
if only he could saw me, he could saw how his lil girl had grew up being a lady. if only he cud watch me everysecond he had.
***

all i want and all i need is just to make he proud of me. to make his smile apear. i miss you daddy.

***

teriakanku membahana di seluruh ruang kamar ku. aku di cambuki dengan lidi kecil kecil yang di jalin dengan karet gelang. betisku merah merah namun aku tak juga mau beranjak. sudah aturan orang tua jika anaknya beranjak sepuluh tahun dan tetap tak mau di suruh solat maka wajib untuk di cambuk. tak menyakitkan hanya cukup untuk membuatnya jera. namun aku terlalu keras kepala. cambuk pun  ku sembunyikan keesokan harinya dan lagi dan lagi papa tetap tak kehabisan akal menemukan penggantinya. bekas kail pancing model lama, gagang sapu ijuk, kabel tak terpakai, smua dimanfaatkannya untuk menyuruhku menegakkan solat. bahkan di bulan ramadhan, uang pun menjadi iming iming untuk dapat berpuasa penuh selama sebulan. ah, papa betapa keras usahamu untuk membuat anakmu taubat..
***

semua yang kuinginkan pasti dipenuhi, sesulit apapun itu, semahal apapun itu, semenyakitkan apapun itu, pasti dilakukannya demi membuatku senang. mungkin rasa bersalah lah yang mendorongnya. entah, yang kutahu hanya ia selalu berusaha membuatku senang., dan belum pernah sekalipun kubuatnya bangga., bahkan dengan melakukan hal hal yang mungkin bisa membuat kepala orang tua manapun menjadi tegak, aku belum pernah. mungkin ini jalanku. mungkin disini jalanku. beliau mengizinkan walaupun berat, dari awal, ia mengiyakan permintaan permintaan anehku yang tibatiba. tanpa mengatakan tidak di cobanya memberikan gambaran gambaran negatif., walau aku tak bergeming.
***

i love you daddy,

satu ungkapan yang selalu ingin ku ucapkan di hadapannya, namun tak pernah sanggup terurai. malu, sungkan, smua beradu. aku ingin bercerita banyak hal, tentang betapa aku sudah bisa menyukai lelaki sekarang, bahwa aku sudah bisa membedakan mana teman mana bukan, bahwa aku tak lagi boros seperti dulu, bahwa aku sudah bisa mengisi bensin di pom bensin sendiri, dan sebagainya. aku ingin membuatnya menyaksikan bahwa aku kini bukan gadis kecilnya yang dulu lagi. mungkin ia akan sedih, mungkin juga akan bangga. mungkin akan terharu, mungkin juga akan ragu. terserah, aku ingin tetap menjadi gadisnya yang periang dan pemarah, yang berisik dan membuat suasana rumah jadi bermacam rasa, ya. aku ingin itu

Antara aku, kamu dan keluarga baru ku

Gunung salak, masih menyimpan semua memori itu. andai sudah ku hapus jejak ingatan tentang hari hari itu, namun salak selalu mampu untuk menguaknya kembali muncul ke permukaan.

kawah ratu, ketika semua di mulai. satu periode perjalanan panjang yang membawaku ke sebuah rumah mungil yang hangat, tempat beragam watak dan sifat beradu, tempat bermacam egoisme dan ambisi serta rasa kebersamaan dan kekeluargaan berbaur jadi satu.



aku ingin merasakan hal hal yang jarang orang lain rasakan.

sebuah batu di sungai kecil dekat kawah ratu, gunung salak sempat menarik perhatianku. batu besar itu dilewati arus air. besar namun membentuk cekungan dengan alur searah aliran air. semua orang pun tahu itu. sekeras kerasnya batu akan lunak juga jika terus di tetesi air. mungkin disitulah kesabaranku berperan.



aku ingin menjadi air untuk batu batu yang kuhadapi. tidak dalam satu waktu untuk membuatnya mengikuti alur ku. namun butuh waktu. sehari, dua hari bahkan bertahun.



aku tidak pernah menginginkan seseorang. hingga kemudian aku tertarik dan akan aku simpan sendiri. bukan untuk aku miliki. untuk itu aku disini, memiliki keluarga dan orang orang yang bisa ku ajak berbagi. aku bersyukur karenanya. masa lalu ku terlalu gelap untuk ku jadikan cerita dan bahkan jika ku renungkan, habislah sudah waktu ini untuk bersedih. aku suka dengan hidupku yang sekarang. maka sudahlah jangan ada lagi wacana untuk memiliki dan mengikat. aku ingin sendiri.



bogor, 30 November 2010

selepas malam paling membingungkan dalam hidup

Cerita Untuk Anakku Kelak Tentang Satu Tempat Yang Keindahannya Tak Lekang Oleh Waktu

Sebuah pesona karya Tuhan yang tak akan pernah pudar dalam ingatan. Taman Nasional Danau Sentarum, satu dari jutaan keindahan alam yang dimiliki bumi pertiwi. Lagi lagi kekayaan alam, lagi lagi keindahan alam yang aku bahas di catatan ku, kawan. biarlah memang begitu adanya. Indonesia ini terlalu luas untuk hanya membicarakan kebobrokan pemimpinnya.

***

20102010

akan menjadi angka yang begitu berarti karena tepat di tanggal dengan kombinasi yang pas itu kita mendaratkan kaki di kayu-kayu penopang rumah kita, balai riset bukit tekenan. aku menyebut pasukan ini sebagai pasukan beruntung. Ya, bukan hanya kita berkesempatan menghabiskan uang paling banyak di antara seluruh divisi di TWKM XXII, tetapi juga karena dapat bertemu orang orang hebat dan ramah yang senang berbagi ilmu. Ah, andai semua orang di dunia ini bersifat seperti mereka, cerdaslah sudah bangsa ini kawan.

***

Bogor, 16 Oktober 2010

aku masih ragu apakah benar akan kuterima tawaran untuk berangkat ke Kalimantan sebagai delegasi dalam annual party MAPALA se Indonesia. banyak hal yang harus dikorbankan disini, kakiku yang belum sembuh betul, kuliahku yang masih berantakan, ujian yang akan segera datang.. sampai keesokan harinya pun aku masih belum percaya bahwa benar aku akan berangkat ke Kalimantan, salah satu pulau yang kutargetkan untuk melengkapi list pulau yang sudah pernah kukunjungi. Aku nantinya akan berangkat sebagai peserta Temu Wicara, ya aku pun pasrah saja. banyak hal di dunia mapala ini yang belum aku mengerti, yang masih banyak kupertanyakan. aku lebih memilih diam dan menuruti semua yang di sarankan. bahkan hingga aku dipindahkan ke divisi lingkungan hidup dan berangkat ke danau sentarum pun dengan pasrah namun bahagia, ku terima.

***

pertemuan kita singkat memang, namun penuh makna. seakan hari hari tak boleh terlewat, maka tidurpun aku hindari, tak pernah ingin kehilangan moment untuk bercengkrama dengan mereka, bertukar cerita dan berbagi pengalaman. sebagai satu yang muda aku banyak belajar dari cerita mereka.

sepintas danau sentarum memang tidak begitu indah. pemandangan air yang biasa, barisan pepohonan yang tenggelam pun jika dilihat sepintas nampak sangat biasa. ya kita banyak disuguhi dengan panorama alam yang lebih luar biasa dipuncak gunung sana, mungkin. namun riak air tenang yang selalu menyambut kala pagi,  belahan jejak speed boat yang berbuih, bagiku semua adalah baru dan menawan. tahukah kalian, kawan.. tanpa umpan pun, jika memancing disini pastilah akan dapat ikan. kemarau justru menjadi anugerah bagi penduduk lokal. karena jika air surut, terkuaklah sudah kekayaan danau sentarum.

tak akan pernah lagi kudapati semburat sunset layaknya bendera jepang yang menjari, entah kapan lagi akan aku dapati menonton atraksi bekantan yang ketakutan saat didekati manusia, kabur dan bergelayut dari satu dahan ke dahan lain sebelum akhirnya jatuh tercebur, berada di antara matahari terbenam dan bulan yang baru terbit,

saat saat kita seolah menjadi penguasa danau, saat berhenti di tengah danau yang begitu luasnya dengan mesin speedboat yang mati. alam seolah turut merasakan bahwa saat itu kita tengah terpana. bahkan pixel kamera pun belum sanggup membawa apa yang telah aku lihat untuk kemudian dibagi.

indah kawan, dari puncak bukit tekenan akan terpampang semua pemandangan danau sentarum yang luasannya 132 ribu hektar, danau yang kemudian dibatasi vegetasi kemudian danau lagi dan lagi, Tuhan memang indah, karya Nya begitu menakjubkan.

beruntung kawan, danau sentarum dijaga oleh orang orang baik hati yang senang berbagi ilmu, masyarakat lokal yang mau turut serta menjaga kelestarian alam sekitar, ah aku membayangkan betapa damainya hidup disana walau panas tak terkira. ketika jenuh maka tak perlu mencari kolam renang untuk berendam, danau lepas terhampar di depan mata setiap sarapan, kawan kawan yang menyapa.. andai itu semua bisa diulang kembali, aku rela untuk tidak ikut ujian, kawan.

di tempat yang jauh dari keramaian, jauh dari asap kendaraan, luasan danau dengan hanya kita sebagai penghuni, tidak ada sinyal kecuali jika dicari, tidak ada listrik kecuali jika pake genset, membuatku sejenak jauh dari padatnya dunia mahasiswa. menikmati sejenak hidup tenang seolah bos besar yang tengah refreshing dari penatnya kantor.

satu ungkapan terima kasih terdalam ku pada mereka yang sudah berbagi ilmu mengajarkan banyak hal padaku. mengajarkan tentang bagaimana berbagi dan peduli, mengajarkan bagaimana seharusnya seorang mapala, karena aku begitu baru disini hingga kemudian bertemu mereka semua. bertemu ambon, bertemu emak, bertemu ui, ayah, ijo, meong, sastro, tula, kompeni, dan lainnya. juga panitia yang selalu bersemangat menjabarkan betapa enaknya makanan khas disana, betapa ramahnya warga lokal, bang win, bang walidi yang mau dibuntuti jika belanja ke desa, bang kencet ah tak bisa ku sebut satu satu kawan. terima kasih ku ini juga untuk guru besar kami, om budi, bang deni, papa kiara dan bang ilyas yang sempat protes karena aku banyak bertanya,

Tuhan jika Kau berkenan kabulkan pintaku, aku ingin sekali lagi menginjakkan kaki disana, entah sudah berubah kah wajahnya nanti atau masih tetap sama, menyisakan kenangan yang pernah ada. kita pernah mengukir sejarah disana, kawan. nama kita tertulis selamanya di catatan buku tamu yang semoga akan terus di simpan hingga lembarannya menguning.

***

siang ini kembali seperti siang sebelumnya di kota bogor. mendung, suram dan gelap. tidak seperti cerahnya langit hari itu, ketika tanpa sadar aku membakar kulitku dengan berenang di bawah teriknya matahari di siang bolong, menghabiskan waktu berjam jam di air demi menghilangkan satu lagi belenggu otak akan air. sampai kulitku perih merah terbakar dan hangus. juga saat menembus panas matahari demi mengisi ulang persediaan makanan yang hampir habis, demi menjumpai suku adat yang katanya berjualan gelang unik dan etnik, ah semua itu kini terekam indah kawan. sebagai satu kenangan, satu cerita untuk anak ku nanti, bahwa ibunya pernah melakukan hal hal konyol itu, dan bahagia karenanya.

***
Dies Natalis PSB 2013