Reddress Girl

Reddress Girl

Tuesday 15 February 2011

If Only He Knew

he was the one who lead me, who take ma picture and safe it in his wallet. he was the one who know me very well, who left me and make me feel so empty till i get sick all along the day he's gone. he was the one who i loved so much, even till this time.
if only he could saw me, he could saw how his lil girl had grew up being a lady. if only he cud watch me everysecond he had.
***

all i want and all i need is just to make he proud of me. to make his smile apear. i miss you daddy.

***

teriakanku membahana di seluruh ruang kamar ku. aku di cambuki dengan lidi kecil kecil yang di jalin dengan karet gelang. betisku merah merah namun aku tak juga mau beranjak. sudah aturan orang tua jika anaknya beranjak sepuluh tahun dan tetap tak mau di suruh solat maka wajib untuk di cambuk. tak menyakitkan hanya cukup untuk membuatnya jera. namun aku terlalu keras kepala. cambuk pun  ku sembunyikan keesokan harinya dan lagi dan lagi papa tetap tak kehabisan akal menemukan penggantinya. bekas kail pancing model lama, gagang sapu ijuk, kabel tak terpakai, smua dimanfaatkannya untuk menyuruhku menegakkan solat. bahkan di bulan ramadhan, uang pun menjadi iming iming untuk dapat berpuasa penuh selama sebulan. ah, papa betapa keras usahamu untuk membuat anakmu taubat..
***

semua yang kuinginkan pasti dipenuhi, sesulit apapun itu, semahal apapun itu, semenyakitkan apapun itu, pasti dilakukannya demi membuatku senang. mungkin rasa bersalah lah yang mendorongnya. entah, yang kutahu hanya ia selalu berusaha membuatku senang., dan belum pernah sekalipun kubuatnya bangga., bahkan dengan melakukan hal hal yang mungkin bisa membuat kepala orang tua manapun menjadi tegak, aku belum pernah. mungkin ini jalanku. mungkin disini jalanku. beliau mengizinkan walaupun berat, dari awal, ia mengiyakan permintaan permintaan anehku yang tibatiba. tanpa mengatakan tidak di cobanya memberikan gambaran gambaran negatif., walau aku tak bergeming.
***

i love you daddy,

satu ungkapan yang selalu ingin ku ucapkan di hadapannya, namun tak pernah sanggup terurai. malu, sungkan, smua beradu. aku ingin bercerita banyak hal, tentang betapa aku sudah bisa menyukai lelaki sekarang, bahwa aku sudah bisa membedakan mana teman mana bukan, bahwa aku tak lagi boros seperti dulu, bahwa aku sudah bisa mengisi bensin di pom bensin sendiri, dan sebagainya. aku ingin membuatnya menyaksikan bahwa aku kini bukan gadis kecilnya yang dulu lagi. mungkin ia akan sedih, mungkin juga akan bangga. mungkin akan terharu, mungkin juga akan ragu. terserah, aku ingin tetap menjadi gadisnya yang periang dan pemarah, yang berisik dan membuat suasana rumah jadi bermacam rasa, ya. aku ingin itu

No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013