Reddress Girl

Reddress Girl

Sunday 5 May 2013

Eksekutif ala mahasiswa

Hidup sebagai mahasiswa tingkat akhir, seperti berada di antara dunia nyata dan dunia mimpi. kadang-kadang hidup begitu berat, nyata dan sesak karena banyak tunggakan yang harus di tuntaskan. revisi, proses pengambilan data yang harus dilakukan nyaris setiap hari, berhadapan dengan dosen pembimbing yang kadang suka bertingkah seenaknya. atau mungkin menerima pekerjaan-pekerjaan ringan yang cukup menguras otak dan mempertebal kantong, sehingga sebagai mahasiswa yang tidak lagi terikat jadwal kuliah, waktu luang bisa digunakan se leluasa mungkin untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah dan memperluas jaringan. nyata.

jujur, gw sedang berada di antara keduanya. rasa was-was takut dan cemas itu pasti selalu ada. jujur. diakui atau tidak, meski di luar akan selalu mengatakan 'tenang saja, i'm okay, and i can handle all the things' tapi setiap kali ada berita seseorang telah berhasil menyelesaikan apa yang bahkan belum gw kerjakan, rasa cemas itu seperti tsunami. pelarian? tentu banyak. beruntung gw hidup di jaman modern yang teknologi tersedia dimana-mana. dan gw masih cukup mampu untuk menjangkau itu semua.

main game tiap hari 24 jam, atau jalan-jalan berwisata dengan teman, meski sekedar ke hutan dan camping ceria. atau menyalakan musik dengan speaker bombastis sehingga bisa bernyanyi dan teriak sepuas hati. meski tetap saja, lega itu hanya akan datang ketika titik cerah untuk urusan penelitian bisa terlihat.

ini menjadi pilihan yang begitu nyata. seperti manusia lainnya, gw punya banyak mimpi. banyak keinginan, atau minimal banyak barang yang ingin dibeli dan banyak tempat yang ingin di kunjungi. dan itu semua hanya bisa dilakukan dengan uang. money can't buy happiness that's true. but without money, you can never reach your dream and your wish. even a dream cost much. in every first step to reach the dream is to get money.

well, this is a story about my may 3rd. where I wake up with reality, and realized many things all along the way.

my dad was in Java while he actually live and work in the eastern side of Indonesia. he called me and ask me to meet him. in east java, while i'm west. in the night before I was in a very valuable meeting, which took much time, and just sleep for three hours. when my dad said that on the phone, and I was still on my bed. then I took a bath, find for my own flight, and wosh... I've been flying through the west java. all so sudden.

well, gw memang senang jalan-jalan, tapi semua selalu dilakukan dengan biaya se minimal mungkin. kalo bisa pesan tiket pesawat pun satu atau dua bulan sebelum keberangkatan. tidak seperti hari itu yang memang gw beli tiket pesawat kayak naik bis bogor rambutan. bagi sebagian orang itu biasa, tapi bagi mahasiswa biasa kayak gw, itu gak biasa. berangkat dari kosan ke laladon pun gw naik ojek. karna ada kartu identitas yang ketinggalan, dan sampai di pool bis damri karena takut telat gw naik bis yang berangkat lebih awal. Damri Royal Class. mewah memang kursi dan fasilitasnya. tapi karena macet dan was was itulah perjalanan jadi tidak bisa dinikmati.
dari awal sebenarnya gw udah mencari cara termurah untuk sampai di hotel bokap. sampai2 gw print peta google map dan panduan menuju hotel. tapi takdir berkata lain. bokap ternyata lebih memilih untuk jemput gw pake taxi hotel.

sampai di hotel, gw berasa kayak anak jalanan yang di pungut. lalala sebentar sama bokap trus mandi. dan yah.. gw merasa benar-benar bisa membersihkan diri di situ.

besoknya, kalo kata orang surabaya itu kota yang panas, gw sama bokap gw tidak merasakan panasnya sedikit pun. keluar dari hotel masuk ke taxi. keluar dari taxi masuk ke pusat perbelanjaan. begitu terus siklusnya sampai ke bandara. full ac.

go green nya teriak2 di bawah ac.

tapi ada satu pengalaman paling tidak mengenakkan waktu malamnya bokap harus beli tas tambahan karena oleh2 nya over capacity. beli tas ke pusat belanja terdekat, berangkat naik taxi yang bener, taxi orange. cuma 10 menit kurang lebih dengan argo yang tidak lebih dari 10.000

pulangnya, kita naik taxi cipaganti. yang memang mangkal di depan pusat belanja itu. daaan seperti biasa, taxi nakal yang iseng itu tahu betul kita sedang buru2 sampai ke hotel supaya bisa cepat tiba di bandara. di belok2an lah kita ke gang-gang dengan alasan lebih cepat karena macet. terus begitu. waktu tempuh menjadi 30 menit dan tidak dipasang argo, dia minta bayaran 25ribu. rupanya taxi itu berharap dia lah yang akan mengantarkan kita ke bandara. gw tau karena pas di tengah jalan taxi baik hati yang dari awal papa sampai di surabaya sudah jemput dan nganter kesana kemari itu, menelepon. papa suruh dia untuk tunggu. dan papa bilang 'taxi yang itu sudah nunggu' baru deh si sopir tua kurus tinggi dan item itu kaget dan bilang 'oh sudah ada yang nganter pak ya' sialan.

benar-benar tidak berperi kemanusiaan. sifat bokap gw adalah selalu menghargai kerja baik orang lain. sebetulnya kalau taxi itu baik dan justru tidak memperlambat, dia akan dikasih tip dengan ikhlas. tapi begitu caranya mencari uang, dengan dua puluh lima ribu rupiah yang dipinta, orang juga akan ngedumel memberikannya. dan saya tidak akan naik taxi cipaganti lagi. dimanapun. mungkin orang itu lupa bahwa kita hidup di dalam lingkaran yang selalu berputar. suatu saat apa yang dia perbuat pasti akan kembali padanya juga. dan ini bisa menjadi bahan renungan buat gw sendiri karena sudah beberapa kali gw mengeluarkan sesuatu dengan 'tidak apa-apa' di dalam hati, dan kembali dengan sesuatu yang jauh-jauh lebih indah berkali lipat lebih banyak. Tuhan Maha Adil, bro

No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013