Reddress Girl

Reddress Girl

Friday 21 March 2014

Nasihat Bijak Jaman Sekarang

Katanya "don't judge the book by it's cover" tapi kemudian katanya lagi, "first impression is everything". Kalau kesan pertama adalah segalanya dari mana datangnya kalau bukan dari tampilan luar?! lantas bagaimana caranya kesan pertama yang adalah segalanya itu tidak menjadi judging by it's cover?

Karena itu lah yang terjadi pada saya sejak kecil hingga beranjak remaja. tumbuh di kehidupan dan lingkungan yang tidak terlalu akrab dengan sumber air. saya hanya konsumer air yang menggunakan air tanpa tahu dan tanpa peduli darimana air berasal. saya kecil jarang melihat danau, sungai, apalagi laut. Di sudut Bogor tempat saya pernah menghabiskan masa kecil dulu ada kali yang mengalir. kuning coklat warna mutlak. jika orang tua sedang pergi, saya dititipkan ke tetangga yang sering membawa saya bermain di kali bersama dengan beberapa anak kecil sebaya lainnya. satu dua kali mereka berlompatan dari pinggir jalan yang jaraknya dua meter dari permukaan air, dan beberapa kali pula ada kotoran kuning yang mengalir damai melewati kumpulan ibu-ibu yang sedang mencuci baju dan anak-anak yang sedang berkecipak tenggelam. And that is exactly what I keep in mind about river. sungai, coklat, dan kotoran. bagi saya adalah paket komplit tak terpisahkan. My first impression, my first judgment. 


Mata saya begitu terbuka ketika berkesempatan mengunjungi beberapa negara tetangga di Asia Tenggara. Thailand dengan Chao Phraya nya, Cambodia dan Vietnam (yang meskipun bangsa leluhur mereka mewariskan permusuhan sengit tanpa akhir hingga kini) dengan Sungai Mekongnya, Singapore dengan Marina Bay nya, dan Malaysia dengan Sungai Melaka.


Sungai yang terbentang tentram tanpa pemandangan plastik, rumput, kayu, bungkus detergen atau popok bayi itu menjadi satu kesan tersendiri. betapa seumur hidup jarang sekali saya bisa melihat sungai yang terawat dengan baik seperti itu. Malaysia bahkan menghabiskan banyak dana hanya untuk mewarnai sungainya dengan lampu lampu cantik di malam hari. saya mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana pengelolaan sungai di Melaka atau betapa korupsi hasil pariwisata di sungai mekong telah menggerogoti masyarakat setempat. tidak. saya mungkin tidak akan pernah tahu, dan mungkin tidak akan pernah peduli juga. karena apa? karena kesan pertama saya, sebagai hasil menghakimi hanya dari tampilan luar, sudah sangat memanjakan mata. memuaskan batin dengan keindahan dan keelokan alam.

kemudian timbul satu pertanyaan. apa yang bisa membuat sungai mereka begitu bersihnya? Apa yang bisa membuat masyarakat tidak terpancing membuang sampah di sungai. Apa karena sungai itu benar-benar dimanfaatkan dan dijual untuk pariwisata dan memanjakan para turis dengan cruise boat dan cafe-cafe riverside? Atau apa karena sungai itu dihias dengan beragam lampu menarik yang di tonton banyak orang sehingga benar-benar menjadi objek yang HARUS bersih?

Mungkin bagi saya nasihat pepatah itu perlu di modifikasi sedikit, bukan lagi don't judge the book by its cover tapi judge the book by whatever it side, and stop complaining.


1 comment:

  1. Apa nama sungai di Bogor tempat menghabiskan masa kecil? Informasi nama-nama sungai di negara-negara tujuan backpakeran kemarin, bisa dengan jelas dituliskan. Tapi nama sungai di Bogor, kelewat ditulis. Kenapa?

    Sungai Chao Praya (Thailand), Sungai Mekong (Vietnam, Kamboja), Sungai Melaka (Malaysia), Marina Bay (Singapura).

    ReplyDelete

Dies Natalis PSB 2013