Reddress Girl

Reddress Girl

Sunday 21 May 2017

Under the Starry Night

Star. Magical things that don't spark light, but reflect it.

Assessment kali ini kembali berjudul free, prior, informed, consent yang sudah kesekian kali saya lakukan. Beda daerah, beda budaya. Beda desa, beda masalah. Meskipun akarnya tetap sama. Komunikasi.

Ternyata semakin dewasa, komunikasi semakin rumit dan tidak sederhana. Tidak lagi semudah mengatakan 'hey tolong jangan makan kue itu, aku menyimpan nya untuk besok pagi' karena sudah ditambahi denga macam-macam atribut.

Ada ego.
Ada asumsi.
Dan ada gengsi.

Maka hanya untuk mengatakan 'tolong jangan makan kue itu' orang dewasa akan menyampaikan dulu tentang bagaimana cara pembuatan kue yang sangat rumit dan penuh perjuangan, tentang pencernaan manusia yang tidak bisa men digest makanan jika tidak sesuai kebutuhan, hingga tentang harga bahan baku pembuatan kue yang saat ini makin melambung akibat kelangkaan produk. Ujung-ujungnya ketika ditanya 'jadi boleh tidak saya makan kue ini?' Jawabnya 'terserah. Silakan pilih saja kemungkinan ini, kalau kamu makan, maka kamu telah mendukung aktifitas kelangkaan bahan baku, tidak mendukung kesejahteraan petani lokal, dst'

Tapi bukan itu yang mau saya ceritakan.

Ini tentang bintang.
Benda langit yang jarang sekali dapat terlihat di Bogor sana. Dari jendela kamar tempat saya menghabiskan detik menit untuk berkontemplasi (sambil bikin laporan).

Malam ini penuh bintang.

Terbentang gagah barisan hutan lindung di tempat kami menginap. Design camp yang unik karena terbuat dari kontainer bekas yang dilengkapi pendingin ruangan serta design interior minimalist modern membuat suasana seperti ini menjadi amat langka. Serasa di New Zealand.. Celetuk seorang rekan yang belum pernah mengunjungi tempat itu.

Dibawah gugusan bintang tadi kami bercengkrama. Sesekali melempar pandang ke arah langit yang bersih tanpa awan. Barisan pohon diseberang sana diam saja.

Mungkin ikut membatin mendengar topik malam ini yang jauh dari informasi penting. Hanya membahas tawa dan gumpalan cerita tidak berguna. Sesekali jika ada yang mengingatkan mengenai kegiatan esok hari, hening akan bersambut. Untuk lalu dilanjut dengan gelak tawa seolah tak putus.

Bosan?
Mungkin tidak.

Bagaimana bosan jika tinggal ditempat seunik ini. Di atas bukit berhadapan dengan barisan hutan lindung.. Udara bersih dihirup setiap hari meski sesekali harus bercampur dengan aroma pembuangan pabrik.

Kelapa sawit.

Dialah yang membawa kami kemari. Membawa perjalanan hingga jauh kesini.

Di bawah gugus bintang malam tadi, kami lupakan sejenak atribut kelapa sawit. Melepaskan cerita hanya pada yang mengundang senyum cantik. Agar tidak kalah dengan kerlip bintang yang menggantung meninggi.

***
Andai kami ini tahu apa yang kelak akan terjadi. Dengan apa apa yang kami lakukan hari ini. Mungkin akan ada lebih banyak waktu tuk berdiam diri. Menikmati sepi dan bersih langit malam tadi.

Tapi semua akan terjadi, tenang saja tak perlu khawatir. Semua akan jatuh pada tempat yang menjadi catatan takdir. Untuk apa bersusah hati, jika ada selalu bintang yang temani.

Maka dibawah gugus bintang malam tadi,
Kami lepaskan semua gundah di hati, berbaur dalam aroma kopi, memaksa semua lidah untuk menari, menyesapi hangat nya lindungan barisan tegakan dengan tepi.

---

Kuburaya, 19 Mei 2017
Sehabis menyelesaikan satu laporan utuh, sembari mengerjakan satu field work yang juga utuh.

Terimakasih sudah menjadi bintangku malam ini.

No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013