Reddress Girl

Reddress Girl

Friday 2 August 2013

Jangan Jual Isu Lingkungan Kita

Tergerak sedikit untuk menulis tentang lingkungan.. mungkin hal pertama yang harus saya tekankan di awal adalah, saya adalah bagian dari mahasiswa pecinta alam sebuah institut pertanian yang berbasis cinta lingkungan.

Awalnya kenapa saya masuk ke dunia kepecinta alaman, itu tahun 2009, karena saya tidak punya konsep tentang apa itu organisasi pecinta alam. basically, saya berasal dari sekolah yang akademis tulen, yang setiap hari berkutat dengan buku dan tumbuh besar di lingkungan dengan image, semaki tebal kacamatamu, semakin seksi dirimu.

yang saya tahu saat itu adalah saya sangat peduli dengan keberlangsungan dan kelestarian lingkungan, dan apabila saya masuk organisasi pecinta alam maka saya bisa terjun langsung melakukan hal hal yang bisa menyelamatkan lingkungan. saat itu saya sangat kuper, bahkan istilah mapala saja tidak tahu.

kenapa saya begitu peduli?

Pada tahun 2008, usia saya baru 16 tahun saat itu, usia yang sangat muda dan sangat mudah untuk dipengaruhi, saya ikut sebuah kompetisi debat bahasa inggris tingkat nasional. disana, saya cukup banyak bertemu dengan orang2 yang kompeten dalam hal berbicara bahasa asing, dan berpikir kritis. because debate is not only about how to talk. tau apa yang sedang hangat saat itu? Coba ingat2 tahun 2008 apa yang sedang hangat menjadi topik kalian.

saya masih sangat ingat saat itu ada VT wawancara hasil observasi ke artis2 tentang perubahan iklim. dan Cinta laura menjadi idola saat itu dengan gaya bicara ke bule bule-an nya dia bilang 'I dont know what is Climate Change'. dan tertawa.

okey, mari masuk ke inti.

Pada tahun 2008 itu, di sebuah ball room hotel Cisarua, Puncak itu saya diberikan informasi yang bagi saya amat baru, karena di sekolah tidak pernah di beritahu. soal Global Warming atau pemanasan global, dan perubahan iklim. yang juga menjadi salah satu prepared motion. tema itulah yang sedang hangat di perbincangkan semua siswa SMA disitu. kita berbicara tentang menghemat kertas, menghemat air, listrik, dan segala upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Satu tahun sebelumnya, 2007 di Nusa Dua Bali, jika teman-teman ada yang ingat, disitu sedang diadakan konferensi bersama PBB terkait isu lingkungan. ah bagian ini pasti banyak yang langsung ngeh. REDD. Reduce Emission from Deforestation and Degradation.

sebelum berbicara lebih lanjut, perlu diingat dulu soal ini. yang mungkin adalah cikal bakal kepedulian terhadap lingkungan.

inti dari perjanjian REDD adalah, negara maju memberikan sejumlah uang sebagai kompensasi atas keberhasilan negara berkembang dalam hal menjaga hutannya. semakin kita bisa menjaga hutan-hutan dan kelestarian nya, maka semakin besar dana kompensasi yang akan dikucurkan. sistem yang diciptakan tentu sangat ideal, dana tersebut akan digunakan untuk apa dan siapa, pihak pihak yang dirugikan apa saja ketentuannya, semua jelas.

meskipun bagi orang yang berhati lurus, peduli lingkungan sudah di lakukan jauh jauh hari sebelum adanya perjanjian tersebut.

tau lah, praktek korupsi di negeri ini sedemikian mendarah dagingnya.

bagaimana dengan REDD itu sendiri?

okey. peduli amat dengan dana yang sudah kemana itu, praktek REDD juga masih jadi perdebatan tentu. untuk yang sudah berpikiran konspirasi tingkat tinggi, praktek REDD tentu bisa diibaratkan suatu cara menjajah dengan cara halus. bayangkan kita tinggal di satu rumah yang sama, tentu saja dengan sumberdaya yang sama.

kamar kita dan kamar tetangga sama sama diberi halaman seluas 2 meter persegi. si tetangga terlebih dulu membabat habis rumputnya dan menanam jeruk. hasil dari jeruk itu senilai 50.000 , sedangkan halaman milik kita baru digunakan 0,5 meter persegi.

kemudian rumah itu terkena banjir, dan kita tersadar bahwa satu-satunya cara mengatasi banjir adalah dengan rumput. tetangga yang tahu bahwa kita masih punya 1,5 meter persegi halaman rumput langsung datang dan membujuk untuk kita menjaga rumput2 itu demi keberlangsungan hidup bersama. dia akan membayar 1000 untuk setiap sentimeter rumput.

dan yaah selebihnya bisa disimpulkan sendiri. itu tadi model yang terlalu sederhana, cukup untuk para pemula memahami konsep REDD. konsep yang melahirkan aktivis2 lingkungan. kecuali aktivis berhati lurus.

perlu teman-teman tahu, jaman ini informasi berkembang dengan sangat cepat. bahkan dalam hitungan detik. saya sudah berkoar koar tentang hemat kertas, air dan listrik demi mencegah pemanasan global sejak kelas dua sma dan itu tidak hanya kepada sesama siswa, tetapi juga pada guru2. bahkan di setiap kertas ulangan saya selalu menyelipkan slogan kampanye di bagian bawah. So, if you still talk about 'hemat kertas, menebang pohon' and blah blah, please talk to the lecture and listen carefully what exactly they say.

memang, kita harus mulai dari kontribusi terkecil. seperti hemat-hemat itu. kampanye itu bisa saya bilang semua orang sudah tahu. masalah orang sadar atau tidak, itu masih menjadi hak mereka. jika memang teman-teman SERIUS ingin berkampanye kelestarian, bukan karena dana REDD, lakukan sesuatu yang SERIUS juga. selain mulai dari diri sendiri, ya.

orang sadar karena mereka sudah merasakan dampaknya. atau bisa jadi orang sadar karena orang yang menyampaikan kebenaran kepada mereka adalah orang yang baik, dan mampu menjadi contoh.

jangan sampai kita menjadi orang yang terus-terusan menyalahkan pihak-pihak swasta, pihak perkebunan, pertambangan, oleh karena ingin melindungi pohon semata. saya tahu di dalam pohon dan hutan itu ada banyak biodiversitas yang perlu dilindungi. badak jawa yang sudah punah, gajah, dan sebagainya. saya paham seberapa penting fauna-fauna itu untuk manusia. tapi tolong, berkampanyelah dengan cerdas.

jangan sampai begitu lulus kuliah, kita menjadi orang yang menjual isu lingkungan untuk menakut-nakuti pihak swasta demi kucuran dana kompensasi dari mereka. atau istilah bekennya CSR.

related:
http://www.antaranews.com/print/236878/
http://www.antaranews.com/print/86178/leapfrog-investments-adds-two-new-partners-to-co-lead-financial-services-in-asia

No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013