Reddress Girl

Reddress Girl

Saturday 2 November 2013

Kata Dewa- pada 'Dewasa'

Hampir setiap orang tahu betul apa perbedaan mendasar dari bertambah tua dan bertambah dewasa. Bahkan beberapa orang mengatakan bahwa setiap orang yang bertambah tua belum tentu bertambah dewasa, dan kedewasaan tidak lah dapat dihitung dengan umur.

Ada sebuah harga yang sangat mahal bagi seseorang untuk menuju ke level kehidupan yang lebih tinggi. Beberapa memperolehnya dengan begitu saja akibat lingkungan hidup dan pembelajaran dari orang tua yang nyaris sempurna, beberapa orang perlu membelinya dengan uang, dan sebagian lagi membelinya dengan waktu.

Saya termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertumbuh dewasa dengan membelinya dengan waktu. Bukan berarti orang tua tidak mampu memberikan pendampingan dan bimbingan yang nyaris sempurna tersebut. Karena pada kenyataannya, mereka justru lebih sering membiarkan saya untuk berpikir dan memecahkan semua masalah sendiri. Sehingga dalam beberapa hal keputusan-keputusan yang saya ambil merupakan buah dari pergulatan batin pribadi. Berlatih bijak sejak kecil, meski bayarannya mahal sekali. Pengorbanan waktu, yang nyaris sia-sia jika saya tidak mencoba untuk selalu mengevaluasi diri di setiap waktu berkunjung ke kamar mandi.

Golongan orang yang perlu membeli kedewasaan dengan uang termasuk mereka yang beruntung karena terlahir dari keluarga yang cukup mampu untuk membeli kedewasaan. Sehingga waktu mereka yang berharga dapat digunakan untuk mencari rupiah-rupiah lain. Mereka akan membayar apa saja asalkan dapat menjadikan dirinya lebih baik, lebih mampu bersikap tenang, dan lebih bijak. Karena itu yang pada dasarnya dibutuhkan untuk menjadi dewasa. Sementara orang yang memang beruntung mendapatkan kedewasaan dengan bimbingan secara cuma-cuma juga perlu menyadari bahwa betapa mahalnya harga sebuah kasih sayang keluarga. Seorang anak kecil di jalan bahkan rela menyumbangkan seluruh hidupnya untuk mengais rezeki demi ibunya yang sakit-sakitan.

Ada kata Dewa dalam Dewasa. Bukan berarti seorang Dewasa pasti menjadi Dewa. pencipta bahasa Indonesia pasti memiliki alasan tersendiri mengapa adult dalam bahasa inggris kemudian diartikan sebagai dewasa. sedangkan God diartikan sebagai Dewa atau Tuhan.

Menjadi Dewasa memang sebuah pilihan. beberapa menyadari, beberapa masih tidak menyadari seolah ingin muda selamanya. seolah dengan tampil trendi dan berbahasa gaul akan menjadikan ia selalu muda dan kece. Tetapi hanya pupuk yang diaplikasikan pada dosis, waktu, dan tempat yang tepat lah yang akan menjadikan tanaman tumbuh subur. (if you know what I mean).

Tentu kita tidak akan pernah berniat untuk melawan hukum alam. keriput diwajah sudah pasti akan datang pada waktunya. penyakit-penyakit penuaan pun akan mulai bergantian di tangani oleh dokter dengan keahlian berbeda. lantas, pantaskah kita akan terus berpikir layaknya seorang anak kecil yang jika menginginkan sesuatu maka harus terlaksana?

bukankah orang dewasa itu tahu dan paham betul ketika sebuah keinginan tidak terpenuhi maka pasti ada sesuatu yang jauh lebih baik untuknya?
bukankah orang dewasa itu tahu dan paham betul bahwa setiap kebaikan dan keburukan akan selalu ada balasannya, sekecil apapun dia?
bukankah orang dewasa itu tahu dan paham betul bahwa apa sebetulnya yang ingin dicapai dalam hidup?

Saya belum sepenuhnya menjadi dewasa, pun tidak ingin disebut sebagai penuaan dini. tapi itu adalah hal-hal yang saya pelajari dengan mengorbankan bulan bulan yang seharusnya saya lakukan untuk mengejar sesuatu yang telah menjadi kewajiban saya sebagai warga negara.

Tentang bagaimana seharusnya seorang wanita bersikap, selama ini saya tidak pernah menyebut 'kepantasan' sebagai suatu nilai yang perlu dijunjung. selama lo suka gue suka maka itu akan sah-sah saja untuk dilakukan. perihal orang lain menyebut itu sebagai perilaku yang tak pantas, maka saya akan menganggapnya sebagai orang yang payah dan penakut.

Tentang bagaimana seorang mahasiswa menanggapi kewajibannya, apa bedanya orang malas dengan orang yang memang memiliki visi dalam hidupnya. Biasanya orang malas akan berkata 'ah dia juga tidak lulus sekolah tapi bisa menjadi pengusaha nomor satu di dunia' lantas kemudian tidur dan berharap dia bisa skip the day karena ketika dia bangun dia telah menjadi seorang bilyuner..

Dalam banyak kesempatan saya sering berusaha jujur terhadap diri sendiri, tentang apa sebenarnya yang sedang saya lakukan sekarang. apakah itu hanya karena tuntutan lingkungan, atau saya ingin mengejar pujian, atau ingin membangun image, atau memang keinginan pribadi. tidak jarang saya bertemu dengan jalan buntu, yang sangat sulit untuk diakui bahwa ternyata apa yang sedang saya kejar itu bukan benar-benar keinginan sendiri melainkan hanya merindukan pujian, dan pengakuan. Dengan tegak berdiri di atas kaki sendiri, maka saya putuskan dan saya akui bahwa itu bukan keinginan dan kesukaan saya. Sungguh, mengakui kebohongan kepada diri sendiri adalah hal paling murni dan paling sulit untuk dilakukan.

Belum lagi ketika idealisme berbenturan dengan kepentingan ego. dunia serasa berguncang saking bingungnya. apalagi jika diselami lebih dalam, idealisme yang di pegang teguh berasal dari mana? tekanan lingkungan? brand image? prestise? dan di situlah idealisme akan dengan mudah di lelang.

Tetapi pada dasarnya, menjadi dewasa itu adalah lebih sering berpikir. Menyelami ke dalam diri sendiri, bertanya apakah ini yang ingin saya lakukan?

Karena orang dewasa, tidak akan pernah kabur dari masalah sebab mereka tahu, di dalam diri mereka ada Dewa yang bersemayam, yang tidak akan pernah membiarkan mereka lari membawa benang yang amat kusut sehingga tak berbentuk.

No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013