Reddress Girl

Reddress Girl

Monday 16 January 2017

Sad Thought

It literally makes me cry to know that not everyone I love could comply the rule.

Demikian halaman-halaman yang gue baca.. Semakin tenggelam dalam carik-carik kata yang kemudian membuat gue berpikir: salah benar bukan kita yang tentukan, tapi kita dibekali akal tuk memilah mana salah mana benar. Kenapa harus menunggu Tuhan menentukan siapa salah siapa benar?

We do can judge.

Panduan sudah dikasih. Rambu-rambu sudah ada. Tinggal diikuti, lalu dijalani.

Dan yang bikin menangis adalah..

Kenapa bagi orang-orang yang justru gue sayangi, sulit untuk bisa mengikuti. Ada saja bantahan yang bisa di lontarkan. Berbantahan hingga kemudian gue pergi mundur. Atau jika maju terus, lama-lama gue akan dicap ga asik.

"Ah kayak udah bener aja. Urus diri sendiri dulu deh baru ngurusin orang laen"

It hurts to think about the day after..

Dan iri.

Ketika melihat orang lain bisa berkawan dengan orang-orang yang bisa mengajak kepada kebaikan, saling mengingatkan dalam kebaikan..

Dulu..

Dulu sekali,..

Lingkaran pertemanan gue seperti itu. Dan karena belum pernah merasakan yang berbeda, gue mulai menjadi seorang judgmental dan pergi mencari lingkaran baru.

Yang kami puja adalah kebrutalan. Anarki baik hati. Kata kami, lebih baik tidak solat tapi tidak ghibah daripada solat lantas riya. Lalu kami tertawa menari-nari mengelilingi api, hingga hari berganti.

Pernah.

Pernah ada di dua sisi itu. Dulu.

Sekarang?

Bahkan menentukan pijakan saja sulit. Teman bicara sudah tak ada lagi. Teman tertawa kian banyak berdatangan kanan kiri. Teman dalam kebaikan?

***

Jika disurga nanti you can't find me..
Please tell God that you know me.
That you want me to be by your side.
Please remind me now to avoid the hole. Remind me even if it drives me mad. Remind me all the time to the goodness.

The war is near. And it's real.

No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013