Reddress Girl

Reddress Girl

Monday 23 January 2017

hUSh

Curcol dikit, barusan gue pulang kantor lewat jam sembilan. jam tujuh tadi maksain makan nasi, meskipun bentuknya nasi goreng. Karena terakhir makan nasi, ya malam kemarin di Plaza Senayan pas jalan sama Ka Bukhi dan Ka Dee. Rupanya, nasi goreng memang berefek buruk pada perut yang belum stabil. Akibatnya, selama satu setengah jam gue menahan sakit luar biasa akibat cinta  penyakit lama tumbuh kembali.

Padahal masih ada kerjaan sambilan yang harus gue selesaikan, dan itu, meskipun sudah bagi-bagi job ke temen, tetep aja ada yg mesti gue kerjain ulang karena dia ngambil dari google translate mentah-mentah. Sedihnya.

Setengah sepuluh.. jam sepuluh.. sakitnya belum reda juga. Mau bangun tuk ambil obat saja gak bisa. Tapi mau minum obat juga, sebenarnya obat dari dokter udah lama habis. Tinggal ada obat biasa, dan itu gue ragu juga sih bakal sembuh apa nggak kalo minum itu.

Selama kurang lebih sembilan puluh menit itulah gue reminiscing cerita-cerita yang pernah diceritakan, either itu gue liat di film, buku, atau pengalaman seorang kenalan, tentang kehidupan para perempuan yang berjuang sendirian.

***

Adalah film hUSh karya Djenar Maesa Ayu dan sang kekasih, gue lupa namanya, yang dibintangi oleh Cinta Ramlan. Gue tonton dengan khidmat di studio kecil penuh kenangan yang unik, Kineforum namanya. (Ni dulu di studio ini ada kenangan gue sama Dimas Adhiswara something loh.. lupa sih apa itu bener namanya apa bukan, pemeran mamen di AADC. males googling).

Terus terang hati gue berontak nonton film dokumenter berdurasi delapan puluh menit itu. Tapi gue gak ingin buru-buru beranjak dan meninggalkan studio. Karena biar bagaimanapun, dunia yang ditayangkan dalam film tersebut, adalah dunia yang sempat sedikit banyak gue kenal.

Cinta Ramlan pun sebenarnya gue gak tahu dia siapa. Baru tahu ya di film ini bahwa dia merupakan seorang penulis lagu sekaligus penyanyi. Pemusik lah intinya. Keinginannya cuma satu: Hidup bebas,. Seperti laki-laki, dia ingin bisa bebas semau dia pergi. Tidak perlu terikat oleh ikatan suami istri, dan bisa berhubungan dengan siapapun yang dia mau di dunia ini.

Dia pergi ke Lombok, dengan tatonya menari-nari. mengikuti ritme hidup para turis mancanegara lalu bilang di adegan setelahnya "budaya kita yang harus kita jaga. Kita perlu sadar bahwa sejak dulu, budaya ini (telanjang dada bagi wanita) sudah dilakukan secara turun temurun. Budaya kita.."  Tapi sendirinya ingin mengubah stigma di masyarakat bahwa perempuan juga boleh hook up semaunya tanpa di judge as a whore. 

Di awal, cinta bilang 'people tend to judge when they don't really understand about the reason why people doing that thing' tapi di belakang film, dia menertawakan sekumpulan muslim yang menutupi dada patung telanjang dengan kain, karena menurutnya itu stupid and ridiculous, lalu menjabarkan opininya mengenai perbedaan pornografi dan seni. Well.. 

Tapi gue menerima itu semua, menyaksikan dia bertelanjang bulat berenang dibawah sorotan kamera, demi menunjukkan betapa bebas jiwanya. Tanpa sedikit pun marah atau protes, meskipun ibu-ibu bau rokok yang duduk disebelah gue, terus menerus berdecak kagum pada film ini.

Sebetulnya inti dari film ini adalah tentang rapist. Kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual yang belakangan marak terjadi, tapi malah jalan ceritanya seperti autobiografi. Sesungguhnya, maaf jika gue bilang begini, Djenar Maesa Ayu is overhyped.

Film ini memaksa gue untuk melihat alasan dibalik ke'brutalan' mereka. Alasan yang membuat mereka memilih hidup yang bebas, yang nyari hepi aja, yang ga ada duit pun ga apa asal  tetep rame, yang bisa dancing in the rain under the wine, yang semua jelas bertentangan dengan keyakinan yang gue anut.

But who am I to judge, just because they chose different path doesn't mean I have to close my eyes on their background, right?

Because, surprisingly, it all came from the same pattern: Mother! Yup. 

Anak-anak perempuan yang dibesarkan oleh seorang ibu single parent, cenderung akan berlaku seperti itu, karena hilangnya figur seorang ayah. Meskipun banyak di luar sana ibu single parent hebat yang bisa membesarkan anak perempuan hingga menjadi wanita terhormat, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hanya orang-orang kuat saja yang mampu.

Kalau tidak terlalu kuat, pun si ibu akan memberi contoh buruk dengan lelaki-lelaki yang menjadi kekasihnya.

Bukan salah si anak jika kemudian itulah yang dia pahami tentang dunia, tentang hidup dan kehidupan. Bahwa menurutnya benar jika dia memilih untuk tidak menikah, dan gonta ganti pasangan semaunya.

Selama menonton film itu, fokus gue justru bukan ke cerita hidup Cinta Ramlan, yang mulai dari masa kecilnya dia pernah dicabuli sejak usia sembilan tahun, had sex since she was ten, twice abortion, the affair with married men whom the only men she fall in love with, cheating husband cheating boyfriend, dan kekacauan lainnya yang berusaha dia ceritakan sambil tertawa-tawa.

Bukan.

Fokus gue lebih kepada, kengerian akan nantinya, ketika gue harus membesarkan seorang anak perempuan. The world is getting darker, and what kind of world will my daughter have? The absence of love separate parents from their children. What about the absence of mom?

Sedangkan gue amat senang bekerja, menghabiskan berjam-jam di depan komputer, bahkan hingga azan subuh berkumandang demi menyelesaikan pekerjaan sampingan, seolah pekerjaan utama belum cukup time consuming. 

Relakah, nanti ketika gue akhirnya punya anak itu, relakah gue menyerahkan ini semua sepenuhnya?

It takes an ultimate love to do so.. and I think, family is where it all began. To start a family, one should fall in love with each other first, I think now I know the goal. I finally found one goal. The reason of my gloomy mood lately, was because the absence of goal. 

Love.

But what kind of love do I need? I mean.. I don't even think about anybody lately. Since the last time I had a big crush and then I solemnly declare that it was stupid and the feeling has all gone, I have nothing about love to pursue. not a person, not a criteria. I am worried of not finding it anymore, which it supposed to be the root of my next step. 

To raise a kid, daughter, son, whoever, and to become a mother, is one thing I worry the most. To see how Cinta Ramlan and her mother communicate to each other, and her mother is a single mom as well until recently (she's now marrying a younger boy, even younger than cinta, a poor artist from bali, only make money for 150 thousand rupiahs a day, and said they're happily married), I feel curious about the struggle. They have their own guidance, for sure. And it doesn't have to be the same as mine, but in which guidance will allow free sex as life style, and she.. as her mother,. let her be. 

A woman heart is indeed a deep ocean to dive. It could be everything, or nothing. And that's when I realise, my kids, my family, will need me one day. So I better prepare, to let these shining path slowly fade. unintentionally. Hanya mengendorkan ikatan, sehingga kalau sewaktu-waktu perlu hilang, rasa kehilangannya gak terlalu nyakitin.

Arrhh.... another overthinking. 

But seriously, we are woman. We are the root of our team, the heart of the team. Good generations comes from our body. Good generations, started from a good family. Betapa pengaruh dari sebuah keluarga terhadap anak, terhadap tetangga, itu besar sekali setelah gue melihat interaksi kehidupan anak-anak, ibu-ibu, dan bapak-bapak di desa-desa pesisir sana. Bermula dari kecil, kemudian besar, lalu haya ibu yang berlapang hati mau merelakan anaknya pergi jauh, berpisah darinya yang padahal sudah dirawat dari kecil, merelakan dia untuk pergi tanpa tahu akan pulang lagi atau tidak. Sungguh, kita ini paling penting.

Perempuan itu paling penting. (Sorry boys, am telling the truth now).

Gue bisa berteman dengan siapa saja, pelaku free sex atau seorang muslim taat, gue bisa menerima semua sudut pandang mereka, sambil belajar memahami latar belakang apa yang membuat mereka begini, tanpa merasa perlu untuk menilai siapa benar siapa salah, tapi.. untuk urusan nantinya anak gue bagaimana, gak akan gue biarkan dulu dia melihat sisi yang tidak baik hingga dia bisa benar-benar yakin dimana dia berdiri dan berpegang. Setelah itu, berselancar lah kau nak, yang jauh yang luas. Kalau tidak pulang pun tak apa, asal sepanjang perjalananmu nanti, tebar kebaikan. Yang banyak, yang melimpah.

Only then I know that.. I am now.. a real.. old.. woman. -____-

why on earth i'm thinking about this right now?!

***

10:30 akhirnya gue bisa bangun, dan langsung menuang sereal oatmeal dicampur gula merah. Sudah sembuh selama satu jam terakhir hingga tulisan ini diketik selesai pada 11:21

Selamat malam, I need to work again, not only because I need the money (I do need it, lol) but because I have to run before it's too late. Because men... are hard to trust. 


No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013