Reddress Girl

Reddress Girl

Saturday 21 January 2017

Scattered Dot

John Perkins dalam bukunya yang berjudul The Confessions of an Economic Hitman pernah mengatakan, "life composed of series of coincidence, how we react to these, how we exercise what some refer to as free will"

Kumpulan-kumpulan kebetulan itu kemudian menjadi jalan yang gak pernah kita duga sebelumnya, tetapi membentuk kerangka utama cerita hidup seseorang. Semacam titik-titik yang tersebar acak, yang jika dihubungkan satu persatu menggunakan garis bantu, akan membentuk rasi bintang yang baru.

One scatter dot of mine was having a random thought since new year. Sejak malam pergantian yang gue habiskan dengan khidmat dibawah taburan bubuk mesiu dari langit Kota Jogja, pikiran ini sudah tidak lagi beraturan. Seolah selalu bertanya, selalu kaget dengan jalannya waktu. Kok ya rasanya baru kemarin gue ulang tahun ke dua puluh.. sekarang udah mau ke.. yah segitulah.

Lalu pertanyaan-pertanyaan nakal mulai hadir. Bermunculan dan kalau ditanya jumlahnya, mungkin cukup terwakilkan dengan jerawat yang kian timbul tumben-tumbenan.

Pertanyaan itu semakin mengganggu ketika setiap pagi bangun tidur mengecek sejumlah pesan whatsapp yang masuk dan gak satupun pesan pribadi  yang isinya adalah rupa-rupa pengingat tugaas.

Kerja.
Cuma itu saja yang gue pikirkan dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Bahkan pas akhir tahun kemarin, di dalam tidur pun masih di datangi klien.

***

Di malam pergantian tahun, demi menyaksikan lentera beterbangan, gue menjadi sedikit curiga.

Jangan-jangan.. gue sudah terlalu settle? Sampai tidak bisa memikirkan hal lain selain bekerja, dapat uang, jalan-jalan, ketemu teman, lalu tertawa.

Bukankah mestinya, hidup bisa jadi lebih dari itu?

***

Pertanyaan itu membawa gue pada macam-macam kebingungan. Pertanyaan yang tidak terlontar. Diam yang ditutupi dengan candaan receh. Sampai gue merasa, ini benar. Benar salah. I need to reset my goal. But what is my goal?

Secara tidak sengaja kemudian gue mengantongi buku yang gue kutip di atas. Lalu ikut merasakan kehidupan masyarakat yang jauh di pedalaman sana. Keinginan untuk membangun mimpi sendiri malah makin menjadi. Tapi apa mimpinya, itu juga belum tahu. Jangankan begitu, beberapa hari kebelakang, dalam tidur pun sudah jarang kumimpi. Mungkin karena sudah kehabisan ide.

Lalu tiba-tiba ada ajakan untuk menonton film di Theater Kinaforum, di Taman Ismail Marzuki. hUSh judulnya. Tentang cerita seorang perempuan yang memilih hidup bebas dan melajang, seperti para lelaki di pantai, dan ingin mendobrak stigma masyarakat bahwa hanya laki-laki yang bisa bebas. Perempuan juga harus bisa, menurut dia tidak adil jika laki-laki bisa bersenandung sepuasnya, hook up semaunya, dan masih dihormati sebagai seorang gentlemen sedangkan perempuan akan dituduh.. well.. yah itulah.

It's a mind opening docuumenter, actually. If one would feel the empathy of why those people behave that way. Sebenarnya kita ini memang senang mengkotak-kotakan. Jadi tidak apa jika gue sebut seperti dua kubu ini, yang satu mengklaim diri bebas dan memperjuangkan kebebasan hak berekspresi dan satu lagi terikat aturan keyakinan yang mereka sebut agama.

Nanti akan gue bahas. Tapi untuk di tulisan ini, sebuah 'dot' yang terjadi secara kebetulan ini, seperti melengkapi. the scattered dot somehow doesn't seem like scattered anymore. It's more like spread organizely. Kalau kata seorang teman yang bijak sih, tidak ada yang kebetulan disini. Semua itu Tuhan sudah atur. Ya iya sih, kujuga tahu itu.

Sebulan lalu, secara kebetulan gue bertemu seorang perempuan seumuran. Akun instagramnya @wayan_ayoe (hai wayan.. haha). Sedikit banyak sekarang gue sedang memikirkan bagaimana cara mengajak kolaborasi wayan dan komunitasnya. Pertemuan kami di kereta sore itu, berkat buku yang ia baca (Perempuan Pala) dan buku yang gue baca. eh.. ehmm.. hehe.. (Mendengarkan Coldplay), terlibatlah kami dalam satu obrolan yang berujung pada bertukaran akun instagram..

Rasanya, akan ada satu garis yang sanggup menghubungkan antara kebetulan-kebetulan ini semua. and all it takes is just one moment to connect them all. I'm searching for that moment now. I'm working on it. 

Because life supposed to be more than just the money and love thing. It's not just you doing the best at your job, earn much money, spread them all and walk away. Or just find perfect man, get married, have kids, 

Either a career woman or a housewife, life should be more than that. To leave the legacy on what our kids will remember and follow. we need to create the path. What is the goal? We're all gonna die. It hurts to remember that we're all gonna die. And when we die, beside a zillion time to sleep, what will we have later on the day?

Apa ada hal berguna yang kita tinggalkan disini kalau mati nanti, atau sekedar numpang lewat, ngabisin oksigen, nambahin gas rumah kaca, dan galian tanah?

We all know that conspiracy is in the air. The powerful country gain their power from our absence of goal. Find the goal. And to do so, it costs me my circle. I might change. And people won't like it I know. Let them. There's something about me that need to be rearranged. I know people will accuse me of being too complicated, boring, and old soul. It's ok. 

And here's the best lesson during my first five years of being a twenties: Learn to feel the empathy. Empathy is the new way of communication. The empathy is, one simple way to reduce anger, when things go against your expectation. Empathy. 


No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013