Reddress Girl

Reddress Girl

Monday 4 February 2013

Gadis Kecil di Tepi Jalan

Aku selalu percaya kebahagiaan akan datang pada saatnya. pada siapapun yang mempercayai bahwa ia akan datang, termasuk gadis kecil yang ku temui setiap makan siang.

***

makan siang ku terasa penuh. kenyang dan nikmat, bahkan saking nikmatnya aku sampai tidak mampu menghabiskan seperempat bagian dari porsi yang di berikan. Yah, apa boleh buat. ruang perutku tak lagi menampung semua itu, jadi kubiarkan saja tergeletak di meja dan bersiap untuk pergi. ku bayar porsi makan siang ku itu, sebentar lagi kuliah ke sekian akan dimulai. ah sebenarnya aku tak begitu peduli, toh dosen kali ini pun tak peduli mahasiswa nya hadir atau tidak, aku hanya ingin tak sendirian agar hal buruk itu tak lagi melintas benakku. dan lagi-lagi ketika pikiran itu menghampiri otak kanan ku, aku merasa kembali tersiksa. sedih, benci, beban, berbaur dan melunakkan segalanya. rasa rasanya, aku lah orang yang paling tak beruntung di dunia.

***

Gadis kecil itu bahkan tak memperhatikanku. tangan mungilnya sibuk membantu ibunya memunguti gelas gelas aqua di tengah hari terik ini. langkah kecilnya riang tak tampak beban. rambut pirangnya terurai melambai beserta ribuan debu dan partikel asap kendaraan jalanan. aku yang memperhatikannya. aku melihatnya dari kejauhan. pemandangan itu sedikit menggugah kesadaran ku akan kehidupan. nyata, dan keras baginya. namun ia tak mengukir kesedihan itu nyata di wajahnya. aku menangis dalam hati

***

ku lajukan motorku sekencang mungkin. jalanan siang itu lengang, dan hanya beberapa angkot yang mencoba mendahuluiku. eits, aku lebih kencang.. ku tambah kecepatan hingga nyaris mencapai 80 km/jam. dia belum juga kembali ke kota ini. masih betah dengan kampung halamannya, entah keluarga nya ataukah kisah lamanya, yang jelas lagi lagi hari ini akan sama seperti hari kemarin. makan siang dengan porsi penuh sendiri. aku sengaja memilih tempat yang sama untuk makan walaupun sebenarnya letaknya agak jauh dari kampus. aku hanya ingin melihat gadis kecil itu lagi, apakah dia akan kembali berlari riang seperti kemarin?

***

masih mengenakan pakaian putih kusam yang sama, dengan celana pendek yang sudah tidak lagi berwarna, entah pink entah coklat memamerkan kakinya yang kurus tak terawat. langkah riang masih sama, kuluman senyum yang sama, tawa ceria ketika berhasil memungut botol bekas, sorot mata bahagia yang dapat menggugah siapapun yang melihatnya. kerasnya berjuang demi hidup jelas terlihat dari jemari kurusnya dan ibunya yang nampak letih. mereka terus berjalan tanpa memperdulikan aku. hei, aku pun tak berharap mereka menghampiriku. karena aku tak akan dapat memberi mereka apa apa. tidak ada.

***

tak ada yang aku lakukan untuk mendekati gadis kecil itu. usianya mungkin tak lebih dari 7 tahun, namun tentu saja ia jauh lebih hebat dari ku. ia mampu tersenyum begitu tulusnya meski tak memakai baju bagus, meski harus berjalan kaki di panas nya kota bogor siang hari demi bisa mendapatkan makanan hari itu. ah, bahkan aku tak tahu apakah ia bersekolah atau tidak. aku sangat berharap ia bersekolah. hanya itu yang dapat menolongnya kelak.

Aku ingin suatu hari nanti tak ada lagi gadis gadis kecil seperti nya. anak kecil, senakal apapun mereka.. pantas merasakan warna warni dunia. merasakan mengenal hal hal baru yang menyenangkan ketika menjadi penghuni baru di muka bumi, penerus generasi di masa depan. bahkan Tuhan pun memiliki cara-Nya sendiri untuk melindungi mereka, yaitu dengan memberikan wajah polos, lugu dan menggemaskan sehingga menggerakkan hati siapapun untuk melindungi, merangkul, dan menghibur mereka.

karena aku mencintai senyum mereka, senyum di wajah manusia yang masih belajar mengenal dunia nya. senyum di wajah manusia yang haus akan kasih sayang dan perlindungan.

***
22 September 2011

No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013