Reddress Girl

Reddress Girl

Tuesday 23 July 2013

Memang ada pertanyaan yang penting?

sadar atau tidak, dalam hidup ini terlalu banyak orang yang melontarkan pertanyaan yang jauh dari penting.
sadar atau tidak, di bangku kuliah pun banyak yang kemudian mengangkat tangan di setiap akhir pemaparan dosen karena dua  alasan. memang ada bagian yang tidak dia mengerti, atau dia hanya ingin semua mata memandang ke arahnya dan bergumam 'oooh dia paham'. sementara sisanya terkantuk-kantuk menunggu waktu.


hari ini saya bisa bicara, tentang keindahan, kelestarian, dan manfaat alam untuk kehidupan.

Hari ini saya bisa memunguti sampah di bantaran kali, demi kebersihan. demi kelestarian, dan demi menjaga kelangsungan hidup orang banyak.

Hari ini saya bisa ikut berteriak marah terhadap masyarakat yang terintimidasi, yang dirampas haknya oleh orang-orang yang jauh lebih berkuasa dengan tumpukan dolar di kakinya.

tapi besok?

Universitas tidak pernah mengajarkan saya untuk menjadi mahasiswa idealis. bangku kuliah lebih dominan menanamkan bahwa bekerja di sebuah perusahaan besar akan menjamin kelangsungan hidup saya dan anak cucu kelak. mereka menjanjikan uang yang besar, dengan jaminan ini itu. tentu tidak bisa dipungkiri bahwa : Ya saya butuh itu.

Pengalaman justru mengajarkan sebaliknya. menyaksikan langsung hal-hal dari kulit luarnya, yang tentu membuat miris nurani. menyaksikan rekaman-rekaman bangsa yang kurus kering sementara di sekelilingnya berkeliaran bule-bule telanjang membawa papan selancar. gambaran yang amat parah untuk negeri se kaya Nusantara ini.

lantas apakah kemudian saya tersentuh? jawabnya tentu saja.

pertanyaan selanjutnya, apakah yang tersentuh itu akan berlangsung lama? *angkat bahu* tergantung.

secara penampakan luar tentu saya bisa membedakan mana pihak yang terintimidasi dan mana pihak yang mengintimidasi. tentu saja. mudah itu.

namun bagaimana jika, rekaman tersebut tertinggal di benak saya, meski berupa serpihan paling kecil sekalipun, itu tertinggal dan terus berputar. maka hal tersebut akan terus ada, mengganggu kinerja tubuh untuk beristirahat karena masih ada satu bagian kecil dari otak yang enggan diajak diam.

maka saya akan terus menelusuri wajah-wajah sedih itu, berganti lagi dengan wajah-wajah berkuasa penuh kemenangan, kemudian akan tercetus satu pemikiran paling jahat:

kenapa mereka tidak dari dulu mempertahankan haknya?
apakah dulu mereka tak paham? maksud saya, benar-benar dalam keadaan sangat tidak paham?
ataukah kekuatan itu baru muncul?
melalui apa kekuatan itu muncul?
apa berupa tangan-tangan Tuhan yang membantu dari penjuru mata angin?
lantas kenapa mereka baru datang sekarang?
saat misalnya tanah itu terlanjur dirampas dan bertumbuh?
lantas kesejahteraan macam apa yang diharapkan oleh orang-orang itu? pihak penolong dan pihak yang di tolong setelah ijin telah tercetak dalam lembar lembar hitam putih yang bahasa nya rumit sekali.

hari ini saya bisa apa?

bingung. hanya itu.

saya hanya bisa terus mempertanyakan sambil terus menyimak jawaban yang makin lama makin simpang siur. makin membenarkan posisi masing-masing pihak. tanpa ada setitikpun celah salah satu membenarkan yang lain.

karena hari ini saya belajar,
di dalam ruangan penuh ac. yang dingin dan menjanjikan uang saku cukup banyak untuk berlibur ke luar negeri. yang jelas tercetak nyata, dan menidurkan mimpi-mimpi tentang kesejahteraan.

karena disinipun jelas tergambar janji konsep kesejahteraan yang lebih nyata, dan lebih universal. bagi kedua belah pihak. sekarang mana yang bisa disalahkan?
sekarang apakah anda anda yang masih memegang tinggi idealisme itu akan memuntahkan isi perut anda dan berkata 'mu na'pada saya?

tidak. saya yakin tak akan se ekstrim itu. tentu saja. anda semua orang baik.
paling tidak anda hanya akan tersenyum dan geleng-geleng kepala (jika anda cukup bijak). dan terus menjalani hidup anda sebagai... (isi sendiri)

karena kemelut ini , tidak akan pernah punya akhir.

No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013