masih dengan tema pertanyaan yang sama. I (still) can't stop
questioning about life. bahkan nonton tivi sekarang pun tidak nyaman.
karena meski mata tertuju pada satu titik dan mulut terkunci, otak tetap
berputar menjelajah berbagai sudut absurditas kehidupan.
kenapa
daging sapi saja kita harus beli dari luar? apa manusia yang segitu
banyaknya (sampai-sampai untuk hamil saja harus dibatasi dengan imbauan
"DUA CUKUP") ini tidak ada yang mampu untuk berkelompok membentuk suatu
peternakan atau entah apalah demi memasok kebutuhan daging?
kalau
misalnya untuk memasok kebutuhan sendiri saja kita (yang segini
banyaknya) belum mampu, kenapa jumlah kita harus dibatasi? bukankah jika
nantinya ketambaha penduduk akan menghasilkan penambahan berpikir?
sumbangsih idea? atau minimal sumbangsih tenaga?
dalihnya sih jelas, kebutuhan membengkak jika jumlah penduduknya banyak. dengan asumsi kurang lebih seperti ini:
setiap
manusia membutuhkan setidak nya 1kg daging untuk seumur hidupnya. maka
jika ada 50 manusia, mereka akan butuh 50 kg daging. semakin banyak
jumlah manusia maka akan semakin besar pula jumlah kebutuhan daging,
yang tentu saja taraf ekonomi semua manusia itu harus sama. sama sama
mampu membeli daging 1kg.
sebuah kemungkinan yang
memiliki peluang sangat kecil apabila dibandingkan dengan realita yang
ada. karena pada kenyataannya, kemampuan ekonomi setiap orang jelas
berbeda. ada yang mampu membeli daging hingga 5kg, ada juga yang mungkin
hanya mampu membeli 0,5 kg seumur hidupnya. ketimpangan yang sungguh
sangat sulit diukur bagi mereka yang menginginkan kerja instan. tapi..
siapa sih yang tidak mau kerja instan? cepat selesai, cepat dapat uang,
agar cepat juga dihabiskan. dan begitu siklusnya.
bagaimana
jika, pertumbuhan manusia yang hanya mampu membeli 0,5kg daging itu
sebesar 2 orang per hari, sedangkan pertumbuhan manusia yang mampu
membeli daging, sebut saja 1kg, sebesar 1 orang per dua hari.
maka menekan jumlah penduduk tidak akan begitu berpengaruh signifikan. bukan?
tapi
memang, itu formulasi yang terlalu amat sederhana. tak akan sebanding
dengan apa yang tengah dikerjakan bapak-bapak di gedung sana yang tengah
membanting tulang demi kesejahteraan bangsa. tidak usah dipikirkan.
saya bukan apa-apa kok. cuma orang yang terlalu bingung menonton
pemberitaan media.
mungkin suatu hari saya harus mencoba untuk kerja di media.
tinggalkan
persoalan daging, karena saat ini sudah ada yang mengurusi dan bukan
lah tanggung jawab saya untuk ikut menghujat sana sini. tak baik.
bagaimana jika suatu hari nanti saya lah yang ada di posisi itu dan
ternyata apa yang saya bingungkan saat ini mendapat jawaban yang begitu
berkebalikan dengan apa yang saya bayangkan. ah ruwet.
karena
dalam seminggu ini saya selalu kedatangan tamu dalam mimpi. tokoh tiap
malamnya berbeda. tapi ada juga tokoh yang selalu sama. saya.
bahkan
kadang-kadang saya juga tak mengerti mengapa mereka bisa muncul dengan
begitu nyata karena saya.. memikirkan mereka pun tidak. namun berkat
mimpi-mimpi aneh itu saya kembali mengingat mereka, mencoba menelusuri
kembali hal menarik apa yang pernah kita alami bersama, sebagai teman.
tapi yang tetap membingungkan adalah, teman saya banyak tapi kenapa
hanya mereka yang datang? weird but true.
sekarang..
dengan bergaya saya akan meloncat ke suatu persoalan tentang 'salah'. ga
bakal ada hidup yang lempeng banget. tanpa salah. yes, I have ever did
those mistakes.
pacar pertama itu memang kesalahan
terbesar, yang mungkin tak akan pernah bisa diajak kompromi. tak mau
saya berdamai dengan kesalahan besar satu itu.
tapi ada juga, yang sampai sekarang tak ingin saya akui sebagai kesalahan. ada.
sampai
sekarang, saya masih harus terus dihantui pertanyaan yang sama.
bagaimana caranya, menghapus ingatan jika setiap nada lagu yang menjadi
kesukaan, ada jejaknya. di setiap satu kata kunci yang mungkin tak
disengaja diucapkan oleh orang lain, saya bisa mencium ingatannya.
bagaimana
bisa berdamai dengan kisah yang, telah mampu membuat blog ini hidup
kembali. jika rasa sungkan itu selalu ada, demi mendapati namanya hadir
di setiap percakapan dunia maya. seperti biasa, tanpa nyata..
bagaimana caranya?
menghindar
cara terbaik. pura-pura bisu,seperti anak kecil yang sedang bermusuhan.
saling mendiamkan dan meniadakan. berhasil di tahap awal. seiring
waktu, ada semacam perasaan tak tertahankan yang kemudian menjadikan
saya, tidak hanya menghindar dari nya, tapi menghindar dari semua yang
meninggalkan jejaknya. situs dunia maya, yang kerap memunculkan dirinya,
semua musik, film, apapun. apapun.
menyibukkan diri
menjadi pilihan selanjutnya. tenggelam dalam dunia baru yang saya bangun
sendiri. dengan semua keasyikan yang tentu memiliki umur. tak lama.
cukup membuai. karena selanjutnya saya masih tetap harus memikirkan cara
selanjutnya jika gejolak semacam itu hadir lagi.
kadang
pikiran negatif tentang dia cukup mampu menghibur. bahwa disana, dia
telah menemukan 'dia nya'. bahwa dia sekarang sudah senang dengan
aktivitasnya, dan tidak se desperate saya. itu biasanya ampuh itu
menghilangkan bayang-bayangnya. dan sepertinya saya hanya butuh
pembuktian atas pemikiran negatif itu. supaya.. ya lebih tenang saja.
dalam menjalani pilihan dan resiko yang sudah saya ambil dari awal.
bukan karena terpaksa, tapi karena bertanggung jawab.
No comments:
Post a Comment