Reddress Girl

Reddress Girl

Wednesday 24 July 2013

Seribu Cerita Satu Bingung

masih dengan tema pertanyaan yang sama. I (still) can't stop questioning about life. bahkan nonton tivi sekarang pun tidak nyaman. karena meski mata tertuju pada satu titik dan mulut terkunci, otak tetap berputar menjelajah berbagai sudut absurditas kehidupan.

kenapa daging sapi saja kita harus beli dari luar? apa manusia yang segitu banyaknya (sampai-sampai untuk hamil saja harus dibatasi dengan imbauan "DUA CUKUP") ini tidak ada yang mampu untuk berkelompok membentuk suatu peternakan atau entah apalah demi memasok kebutuhan daging?

kalau misalnya untuk memasok kebutuhan sendiri saja kita (yang segini banyaknya) belum mampu, kenapa jumlah kita harus dibatasi? bukankah jika nantinya ketambaha penduduk akan menghasilkan penambahan berpikir? sumbangsih idea? atau minimal sumbangsih tenaga?

dalihnya sih jelas, kebutuhan membengkak jika jumlah penduduknya banyak. dengan asumsi kurang lebih seperti ini:

setiap manusia membutuhkan setidak nya 1kg daging untuk seumur hidupnya. maka jika ada 50 manusia, mereka akan butuh 50 kg daging. semakin banyak jumlah manusia maka akan semakin besar pula jumlah kebutuhan daging, yang tentu saja taraf ekonomi semua manusia itu harus sama. sama sama mampu membeli daging 1kg.

sebuah kemungkinan yang memiliki peluang sangat kecil apabila dibandingkan dengan realita yang ada. karena pada kenyataannya, kemampuan ekonomi setiap orang jelas berbeda. ada yang mampu membeli daging hingga 5kg, ada juga yang mungkin hanya mampu membeli 0,5 kg seumur hidupnya. ketimpangan yang sungguh sangat sulit diukur bagi mereka yang menginginkan kerja instan. tapi.. siapa sih yang tidak mau kerja instan? cepat selesai, cepat dapat uang, agar cepat juga dihabiskan. dan begitu siklusnya.

bagaimana jika, pertumbuhan manusia yang hanya mampu membeli 0,5kg daging itu sebesar 2 orang per hari, sedangkan pertumbuhan manusia yang mampu membeli daging, sebut saja 1kg, sebesar 1 orang per dua hari.

maka menekan jumlah penduduk tidak akan begitu berpengaruh signifikan. bukan?

tapi memang, itu formulasi yang terlalu amat sederhana. tak akan sebanding dengan apa yang tengah dikerjakan bapak-bapak di gedung sana yang tengah membanting tulang demi kesejahteraan bangsa. tidak usah dipikirkan. saya bukan apa-apa kok. cuma orang yang terlalu bingung menonton pemberitaan media.

mungkin suatu hari saya harus mencoba untuk kerja di media.

tinggalkan persoalan daging, karena saat ini sudah ada yang mengurusi dan bukan lah tanggung jawab saya untuk ikut menghujat sana sini. tak baik. bagaimana jika suatu hari nanti saya lah yang ada di posisi itu dan ternyata apa yang saya bingungkan saat ini mendapat jawaban yang begitu berkebalikan dengan apa yang saya bayangkan. ah ruwet.

karena dalam seminggu ini saya selalu kedatangan tamu dalam mimpi. tokoh tiap malamnya berbeda. tapi ada juga tokoh yang selalu sama. saya.

bahkan kadang-kadang saya juga tak mengerti mengapa mereka bisa muncul dengan begitu nyata karena saya.. memikirkan mereka pun tidak. namun berkat mimpi-mimpi aneh itu saya kembali mengingat mereka, mencoba menelusuri kembali hal menarik apa yang pernah kita alami bersama, sebagai teman. tapi yang tetap membingungkan adalah, teman saya banyak tapi kenapa hanya mereka yang datang? weird but true.

sekarang.. dengan bergaya saya akan meloncat ke suatu persoalan tentang 'salah'. ga bakal ada hidup yang lempeng banget. tanpa salah. yes, I have ever did those mistakes.

pacar pertama itu memang kesalahan terbesar, yang mungkin tak akan pernah bisa diajak kompromi. tak mau saya berdamai dengan kesalahan besar satu itu.

tapi ada juga, yang sampai sekarang tak ingin saya akui sebagai kesalahan. ada.

sampai sekarang, saya masih harus terus dihantui pertanyaan yang sama. bagaimana caranya, menghapus ingatan jika setiap nada lagu yang menjadi kesukaan, ada jejaknya. di setiap satu kata kunci yang mungkin tak disengaja diucapkan oleh orang lain, saya bisa mencium ingatannya.

bagaimana bisa berdamai dengan kisah yang, telah mampu membuat blog ini hidup kembali. jika rasa sungkan itu selalu ada, demi mendapati namanya hadir di setiap percakapan dunia maya. seperti biasa, tanpa nyata..

bagaimana caranya?

menghindar cara terbaik. pura-pura bisu,seperti anak kecil yang sedang bermusuhan. saling mendiamkan dan meniadakan. berhasil di tahap awal. seiring waktu, ada semacam perasaan tak tertahankan yang kemudian menjadikan saya, tidak hanya menghindar dari nya, tapi menghindar dari semua yang meninggalkan jejaknya. situs dunia maya, yang kerap memunculkan dirinya, semua musik, film, apapun. apapun.

menyibukkan diri menjadi pilihan selanjutnya. tenggelam dalam dunia baru yang saya bangun sendiri. dengan semua keasyikan yang tentu memiliki umur. tak lama. cukup membuai. karena selanjutnya saya masih tetap harus memikirkan cara selanjutnya jika gejolak semacam itu hadir lagi.

kadang pikiran negatif tentang dia cukup mampu menghibur. bahwa disana, dia telah menemukan 'dia nya'. bahwa dia sekarang sudah senang dengan aktivitasnya, dan tidak se desperate saya. itu biasanya ampuh itu menghilangkan bayang-bayangnya. dan sepertinya saya hanya butuh pembuktian atas pemikiran negatif itu. supaya.. ya lebih tenang saja. dalam menjalani pilihan dan resiko yang sudah saya ambil dari awal. bukan karena terpaksa, tapi karena bertanggung jawab.

No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013