Reddress Girl

Reddress Girl

Friday 21 February 2014

edisi nasionalisme wanita galau

Antara skeptis, cinta, dan gak rela.

itu Indonesia di hati gue sekarang ini. Gak fair memang kalau gue mencoba bicara tentang Indonesia, Globally INDONESIA tapi sample nya lokal.
temen-temen kampus gue misalnya. dari segi ilmiah agak kurang merepresentasikan penduduk Indonesia sih memang. tapi geregetnya itu sama aja kayak representasi tapi secara kualitatif.
agak gak rela kalo ada yang terlalu skeptis, pesimis, dan menjelek-jelekkan bangsanya sendiri. padahal dia pun sama jelek dan nistanya dengan ucapannya dan bahkan tidak berbuat sesuatu yang menguntungkan bangsa kecuali membayar pajak. itu pun kalo makan di restoran atau parkir di lahan pemerintah. stasiun misalnya.

tapi bicara secara lokal, ya representasi Indonesia ada banget di ranah lokal tempat gue bernaung, bermukim, mengais tanah tiap hari buat dapet cacing tuk makan siang, dan buang pup pada tempatnya.

ADA BANGET.

di suruh maju, malah "yaaa bisa sih tapiii..."
di suruh ganti baju "mauuu bangeett. tapiii.."
di minta pindah duduk "mmmm, bisa kok. tapi.."

semua ada tapi, but, cuman, pokoknya yang menegasikan dan meniadakan kalimat awal. buset susah bener diajak bener.

banyak orang bisa diajak bermimpi, tapi sedikit yang mau berkomitmen. itu tandanya apa? orang bullshit udah bertebaran di muka bumi men! menular sampe ke ranah lokal, gak cuman interlokal.
heran, orang bijak bisa banget ngeluarin statement seperti itu. pasti pengalaman dia lebih pahit dari kita-kita ini.

maunya ke bulan, tapi beli baju astronot gamau.
maunya nyelam, tapi liat ombak takut.

hebatnya lagi, penyakit seperti ini tidak cuma mewabah di kalangan mahasiswa organisatoris rupapura. menjangkit juga di kalangan non governmental organisasi illusinasi. whatever. that's true. kenapa bisa? karena pada dasarnya lembaga seperti itu ya bibitnya darimana lagi kalo bukan dari mahasiswa aktif yang semasa organisasinya terjangkit virus tersebut dan namanya juga virus. susah kan sembuhnya, paling di kasih paracetamol hilang sakitnya tapi tidak sampai ke akar. bukan calpanax sih obatnya.

pokoknya malem ini gue kesel banget, dan untunglah ada blog yang bersedia menampung semua kekesalan menjadi satu tulisan tak enak untuk dibaca. jika anda sampai pada kalimat ini, peluk cium dari gue untuk mu. whoever you are.

gue gak pengen ada orang Indonesia yang menjelek2an negeri sendiri. tapi itu harus terjadi karena itu faktanya. kalo tidak di omongkan, ibarat menyembunyikan kutil di jidat,


NAH!
setelah diam beberapa detik akhirnya gue bisa mempraktekkan apa yang bisa diambil pelajaran dari perjalanan ini.
SABAR,

bukannya gue udah di gembleng untuk sabar selama 16 hari? berarti kalau pulang nanti, ga boleh lagi marah-marah kalo ada urusan yang gue titipin di organisasi yang gak kelar. gausah marah.

gausah marah.

well, dulu, gausah marah itu sulit sekali buat gue. sehari tiga kali marah itu udah wajib jadi kewajiban dalam sehari ada 8. solat ditambah marah.

ini Indonesia kita. Indonesia gue, dan kalian juga. kalau terus-terusan di kotorin dengan mulut, akan selamanya kotor.
kalau terus-terusan di tutup tutupi dengan malu, akan selamanya borok membusuk.
tapi kalo dua duanya balance, mungkin bisa mengobati. dikata-katain sambil di buka buka biar lukanya cepet kering.

tapi jangan pernah hapus lukanya dengan operasi plastik. karena itu darah, dan jati diri.

No comments:

Post a Comment

Dies Natalis PSB 2013